Movie Review : Ada Apa Dengan Cinta 2 #AADC2

by - 11:12 AM


Semua perihal diciptakan sebagai batas 
Membelah sesuatu dari sesuatu yang lain 
Hari ini membelah membatasi besok dan kemarin 
Besok batas hari ini dan lusa 
Jalan-jalan memisahkan deretan toko dan perpustakaan kota, bilik penjara, dan kantor wali kota, juga rumahku dan seluruh tempat dimana pernah ada kita 
Bandara dan udara memisahkan New York dan Jakarta 
Resah di dadamu dan rahasia yang menanti di jantung puisi dipisahkan kata 
begitu pula rindu. 
Antara pulau dan seorang petualang yang gila 
Seperti penjahat dan kebaikan dihalang ruang dan undang-undang 
Seorang ayah membelah anak dari ibunya dan sebaliknya 
Atau senyummu dinding di antara aku dan ketidakwarasan 
Persis segelas kopi tanpa gula pejamkan mimpi dari tidur 
Apa kabar hari ini? 
Lihat tanda tanya itu 
Jurang antara kebodohan dan keinginanku 
Memilikimu sekali lagi

Begitulah kira-kira larik demi larik puisi Rangga untuk Cinta yang bukan hanya meluluh lantakkan luka Cinta untuk Rangga, namun juga hati kita - para penonton- untuk mereka berdua.

Setelah menanti 14 tahun lamanya, akhirnya kita para pengagum film bernuansa romantis puitis, mendapatkan sebuah jawaban kemana hubungan Cinta dan Rangga akan menuju. Apa yang terjadi dengan mereka selama 9 tahun (dalam cerita itu) sehingga mereka harus berpisah, mengesampingkan teknologi mutakhir yang tak bisa kita hitung banyaknya untuk melawan kerinduan LDR?

Awalnya, saya pribadi sendiri bertanya, kok bisa mereka masih berkirim surat di zaman yang sudah penuh sosmed, email gratis, Video Call, free chat? Apakah amunisi-amunisi itu masih belum cukup untuk bertempur melawan perih menjalani hubungan jarak jauh?

Well, ternyata tidak sesederhana itu. Film ini bisa jadi sebuah lukisan fakta, dimana seringkali kisah cinta di dunia fana ini, terseok-seok karena adanya sedikit sentuhan orang tua. Meskipun, pilihan ada di tangan mereka berdua, namun ternyata asal-muasal berpisahnya dua sejoli ini di dalam cerita adalah karena rasa tertekan Rangga dari sekedar sepenggal kalimat ayah Cinta yang tidak ada nada menekan dan mungkin tidak bermaksud menekan namun berhasil menekan seorang pria secerdas Rangga.

"Rangga, cepat selesaikan kuliahnya dan segera kembali ke Indonesia. Segera cari pekerjaan, dan jangan biarkan Cinta menunggu terlalu lama. Kasian Cinta."

Yah, kurang lebih seperti itu kata-kata ayah Cinta yang disampaikan Rangga sebagai alasan mengapa dia memilih untuk 'menghilang'.

Namun mencoba mengabaikan drama dan rasa patah hati yang ikut mengalir ke jantungku, aku masih merinding setiap kali mendengar suara Nicholas Saputra yang memerankan Rangga membacakan puisi dalam film ini. Jujur hal ini yang membuatku tak bisa beralih dari film ini - meskipun ada Civil War di deretan film terbaru, aku masih memilih AADC - puisi-puisi romantis yang tak kacangan yang bisa membuatmu merasa bahwa puisi ini tak hanya diciptakan untuk Cinta, tapi untukmu juga.

Hal kedua yang paling mengena dalam cerita AADC 2 ini adalah, pertemuan Rangga dengan sang ibu yang selama 25 tahun tak pernah ada untuknya. Mungkin ini satu-satunya adegan yang bagiku, cukup membuatku menitikkan air mata. 

Untuk kisah cintanya sendiri sebenarnya cukup sederhana namun membumi, yakni seringkali terjadi di sisi-sisi hidup kita. Hal-hal kekinian semacam 'Mantan, maafkan aku yang dulu', menjadi terlihat klasik, romantis, dan tidak hiperbola dalam kisah ini. Karena secara garis besar, isi dari kisah ini adalah, bagaimana Rangga yang kembali dan mencoba meminta maaf kepada sang mantan yang ia tinggalkan tanpa alasan yang jelas. Disaat sang mantan telah bertunangan dan hampir menikah, dan mencoba untuk tidak lagi berurusan dengannya. Terlebih sang mantan akan menikah dengan seseorang yang menurut kita mungkin, sempurna. Tampan, kaya, pintar, dan mencintai dirinya. 

Namun Mauren, sahabat Cinta yang mungkin lebih mengerti isi diri Cinta, memahami bahwa apa yang Cinta lakukan hanyalah bentuk pelarian semata dari rasa sakitnya. Dimana pernikahannya dengan Trian, menurutnya adalah penyembuh sempurna untuk luka hatinya terhadap 'kejahatan' yang pernah Rangga lakukan. Tanpa dia sadari, ia akan menikahi orang baik yang sama sekali tidak ia cintai. Apakah Cinta akan bahagia jika melakukannya? Kita sebagai penonton dan pengamat film ini jelas sudah tau jawabannya. Senyum sejati Cinta hanya merekah saat bersama Rangga, bukan Trian.

Detil filmnya, pasti akan lebih menggugah jiwa jika teman-teman menonton dan memahaminya sendiri dari sudut kaca mata masing-masing. Karena beda referensi, latar belakang, dan sejarah kita dalam menghadapi kisah cinta di dunia nyata pastinya akan mempengaruhi penilaian kita terhadap film ini.

Intinya, ada begitu banyak kalimat-kalimat yang bisa kita jadikan kutipan dalam film ini termasuk puisi-puisinya yang memikiat. Untungnya, kita sudah bisa menikmati puisi-puisi dalam film AADC 2 ini dalam bentuk buku berjudul 'Tidak Ada New York Hari Ini" karya M. Aan Mansyur. Sekalian kita berkenalan dengan sang 'Rangga' dalam kehidupan nyata. Si penulis asli dari puisi-puisi yang ia buat hampir satu tahun berdasarkan skrip asli film AADC 2. Buku terbitan Gramedia Pustaka Utama seharga RP60.000 ini sudah terbit sejak 25 April lalu dengan 120 halaman beserta beberapa foto dari film AADC 2.

Akhirnya, ada kata dan ada batas diantaranya. Dan seringkali kita mendadak menjadi pujangga setelah mengalami  tiga hal; 1. Jatuh cinta ; 2. Patah hati; dan 3. Menikmati Rangga yang sedang membaca puisi.

So, happy Friday and happy watching everyone! (N/S)

Sumber Foto KapanLagi.com

You May Also Like

0 komentar