Travelling : Jogja Itu Ngangenin

by - 6:08 PM


"Seribu candi dan seribu kisah. Untuk dikenang suatu hari nanti, disaat raga telah lelah, namun masih dengan jiwa yang tak pernah menyerah."

Setelah sekian lama #stayathome dan berkutat dengan tugas #workfromhome akhirnya aku baru punya waktu bercerita tentang travelling story dadakan ku di bulan Desember lalu. 

Setiap awal tahun aku selalu menuliskan wishlist - daftar tempat yang ingin kukunjungi, daftar benda yang ingin kumiliki, dan daftar hal yang ingin aku lakukan -  almost every year. Aku selalu mencoba menuliskan dengan penuh percaya diri bahwa jika Tuhan berkehendak semua pasti mungkin terjadi - meski pada saat itu aku tidak punya dana atau tahu akan memperoleh biayanya dari mana - aku tetap percaya dan berusaha.

Singkat cerita, Jogja telah berada di wishlistku sejak lama, dan tahun demi tahun berganti, hanyalah menjadi lima huruf nama tempat yang sepertinya masih belum waktunya untuk terrealisasi. Saat itu 2019 sudah dipenghujung waktu, pertengahan Desember, dan akan berganti masa menjadi twenty-twenty. Yang berarti, no time and money for travelling.

Dan kemudian ajakan berangkat tak terduga datang dari Bos-ku tercinta, berangkat yuk ke Jogja, lusa! Kebetulah Bu-Bos punya sudara di Jogja, ini berarti, tempat tinggal gratis disana. Sangat meringankan biaya travelling, bukan? Terlebih jalan-jalan ini bersama Bu-Bos, Pak-Bos, dan sohib sekaligus rekan kerja, yang berarti, biaya bisa dibagi berempat, yang artinya, bakal lebih murah.

Uang tiket bagaimana? Akhirnya keluarlah kartu As yang selama ini kusimpan, Traveloka Pay later! Ini bukan iklan, tapi yah memang, fitur yang satu ini sangat membantu untuk broke traveller seperti diriku ini. Haha!

Berbekal cicilan 4 kali bayar, aku pun berhasil mendapatkan tiket PP Banjarmasin-Jogja yang kala itu lumayan tidak murah, sudah berada diangka 1 juta sekian untuk sekali perjalanan. Tapi tak mengapa, kata Bu-Bos, kalau nggak dikagetin, nggak akan berangkat-berangkat kita.

Dan ya, akhirnya kami berangkat menuju Jogjakarta. 
Dan aku, tanpa persiapan yang matang memulai petualanganku disana.


Kalibiru, Kulon Progo

Saat menginjakkan kakiku untuk pertama kalinya di Jogja, hatiku berbisik, Tuhan benar-benar sayang padaku dan begitu Maha Kuasa, sehingga meskipun tanpa rencana pun, ia bisa membuatku tiba disini, di sebuah kota bernama Jogja!

Kebetulan kami mendarat di bandara baru di Kulon Progo, Bandara Udara International Yogyakarta. Bisa dibilang sangat baru malah, sehingga kami turun melalui pintu darurat. Jarak tempuh dari bandara ke Jogja kurang lebih satu setengah jam, jadi agar tidak membuang waktu, kami akhirnya memutuskan langsung wisata ke Kalibiru di Kulon Progo.

Jalanan naik turun mengikuti dataran pegunungan yang asri, sejuk, dan hijau sejauh mata ini menatap. Sungguh, aku sangat bahagia kala itu!

Saat kami sampai di Kalibiru, jam sudah menunjukkan hari mulai menuju senja, yang artinya banyak spot yang akan tutup, kecuali spot terbaru mereka, Teras Kaca. Teras Kaca akan meanwarkan pemandangan lampu kota dari atas ketinggian Kalibiru, jadi mereka buka hingga malam. Akhirnya dengan menaiki Jeep terbuka, dengan biaya 400rb bolak balik,  kami pun menuju teras kaca, dan tentunya untukku yang agak takut ketinggian, ini menjadi perjalanan yang sangat amat ekstrim. Seandainya boleh dan bisa, aku lebih memilih jalan kaki, ketimbang naik Jeep dengan kemiringan segitiga curam siku-siku. Sebelum sampai di kalibiru, kami mampir di salah satu spot yang masih buka, cukup untuk kami berfoto-foto ria di atas becak dan makan indomie kuah rebus plus telor matang dan teh panas. Nikmatnya!

Sebagai catatan, untuk berfoto di atas becak, ada biaya yang harus dibayar kepada pengelola, but its total worth it lah, ditambah mereka menyediakan fotografer khusus, dan kita bisa ambil seleuruh foto-foto kita dengan bayar paket disana langsung di trasfer melalui flashdisk saat itu juga. Jadi kalau kesana, jangan lupa membawa flashdisk yaa. Hehe.


Teras Kaca, Kalibiru, Kulon Progo

Sesampainya di Teras Kaca, hari sudah mulai senja, tapi tidak menyurutkan semangat kami untuk berfoto sebanyak mungkin - dengan niatan modal untuk postingan Instagram selama sebulan. Berbagai gaya kami lakukan, dari gaya dasar, sampai gaya tingkat mahir, ala-ala Titanic. Mas pengelolanya bilang, Teras Kaca baru sehari dibuka, makanya belum banyak pengunjung yang tahu spot ini, jadi ngga perlu ngantri. Biasanya kalau di Kalibiru, apalagi musim liburan, untuk foto di salah satu spot, bisa mengantri sampai satu jam, wah senengnya kami, meskipun kami datang diiringi rintik hujan dan malam hampir berlabuh, semua spot foto sepi dan bisa kami nikmati sepuas kami. Dan malam pun tiba, teras kaca menawarkan pemandangan lampu kota dan jalan raya Kulon Progo menuju Jogja yang sangat indah. Sayangnya tidak bisa diabadikan dengan kamera handphone biasa, tidak terlalu tertangkap cahaya keindahannya, tapi pesona malam kala itu cukup terpotret di hati dan memori kami masing-masing.

Setelah kami puas di Kalibiru, kamipun melanjutkan perjalanan ke Jogja, mampir untuk makan, dan bersiap menyambut malam dan petualangan kami selanjutnya besok.

Bersambung.

You May Also Like

0 komentar