My Skripsi : Analisis Penokohan Ripin: Cerpen Kompas Pilihan 2006-2007

by - 8:32 PM


BAB I
Latar Belakang
Karakter suatu tokoh dalam suatu cerita fiksi memang terbangun dari imajinasi. Namun imajinasi tersebut terinspirasi dari kehidupan nyata atau dengan kata lain berkembang dalam wadah sastra sebagai bentuk dari kepekaan manusia terhadap hidup dan kebenaran yang dipercayai. Sebaliknya, cerita fiksi juga mampu memberikan inspirasi bagi pembaca sebagai bentuk pembelajaran hidup dari pandangan berbeda, yakni dunia sastra. Sehingga dengan menganalisis karakter suatu tokoh dalam suatu cerita fiksi, pembaca dapat belajar memahami karakter manusia secara tidak langsung.
Dalam kehidupan nyata, seseorang mungkin akan bertanya-tanya mengapa masih ada orang yang mencoba bunuh diri meski hidupnya sudah terlihat sempurna. Kecuali jika pada pemberitaan surat kabar tertulis bahwa orang itu mencoba bunuh diri karena ternyata mengalami depresi berat setelah tunangannya menikahi perempuan lain. Namun, sebenarnya orang lain tidak akan benar-benar tahu mengenai apa yang berkecamuk dalam pikiran orang yang mencoba bunuh diri tersebut. Berbeda dengan tokoh dalam cerita fiksi, segala tindakan yang ia lakukan pada saat itu bisa dikaitkan dengan motif, masa lalu, bahkan pikiran tokoh sendiri. Keterbatasan-keterbatasan manusia dalam menilai seseorang itulah yang membuat analisis tokoh dalam cerita fiksi sebagai alternatif manusia untuk mencari jawaban yang tidak ditemukan dalam kehidupan nyata.
Analisis penokohan dalam suatu karya sastra, terutama cerpen, pengertiannya sering dikaitkan dengan deskripsi fisik tokoh. Padahal, deskripsi fisik tokoh hanyalah satu dari beragam cara penganalisisan tokoh. Namun, sejak tingkat sekolah menengah, penokohan diperkenalkan sebagai karakter suatu tokoh yang dapat dilihat dari tindakan tokoh, tuturan tokoh lain, atau gambaran pengarang. Berikut pengertian penokohan dalam salah satu buku pegangan siswa SMA kelas XII yang sudah disesuaikan dengan Peraturan Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Penokohan atau perwatakan dalam cerita adalah pemberian sifat, baik lahir maupun batin kepada seorang tokoh. Tokoh Cerita merupakan bagian yang ditonjolkan pengarang. Tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus-menerus dalam cerita dinamai tokoh utama. Sebaliknya, ada tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali disebut tokoh sampingan. Ada pula tokoh yang mempunyai sifat ideal, tokoh tesebut dinamai protagonis. Tokoh yang menimbulkan konflik atau permasalahan dalam cerita disebut antagonis. Tokoh-tokoh dalam cerpen memiliki peranan yang berbeda-beda. Ada tokoh pemarah, periang, pemalas, rajin, penyabar, atau bijaksana (Dewi, 2009: 85).
Dalam salah satu standar kompetensi membaca, yakni memahami wacana sastra puisi dan cerpen, siswa diharapkan mampu mencapai dua kompetensi dasar. Salah satu kompetensi dasar tersebut adalah menjelaskan unsur-unsur intrinsik cerpen. Penokohan merupakan bagian dari unsur-unsur intrinsik cerpen tersebut, namun pada kenyataannya penjelasan mengenai penokohan dalam beberapa buku pegangan siswa masih sangat terbatas, bahkan kurang jelas. Kutipan di atas menunjukkan bahwa penjelesan mengenai penokohan bagi siswa tingkat sekolah menengah masih tergolong umum sehingga perlu lebih dispesifikasikan lagi.
Materi pembelajaran bahasa Indonesia mengenai penokohan dalam buku-buku penunjang juga Lembar Kegiatan Siswa (LKS) hanya menjelaskan penokohan sebagai karakter dari suatu tokoh. Materi tersebut hanya mengajarkan bagaimana cara menilai karakter tokoh melalui tindakan tokoh, tuturan tokoh lain, atau gambaran dari pengarang.
Dalam Ujian Akhir Nasional (UAN) mata pelajaran bahasa Indonesia, soal-soal mengenai penokohan selalu muncul dalam satu sampai dua butir soal, misalnya seperti soal berikut.
(1) Agaknya bahaya modern yang memusingkan untuk seorang guru desa seperti saya sudah demikian berakarnya di hati anak-anak muda kita. (2) Dan yang lebih menakutkan sudah mulai menjalar dan menyentuh anak desa, termasuk anak saya. (3) “Good morning Pak Marjuki, how are you hari ini?” tanya seseorang mengagetkanku. (4) Rasa kagetku berubah jadi takjub, bingung, dan takut. (5) Di depanku berdiri sesosok makhluk modern, mirip yang ada di sinetron televisi. (6) Aku begitu ketakutan sampai tidak bisa mengatakan sepatah kata pun. (7) Ternyata sulur-sulur akar modernisasi mulai menjalar ke tempatku mengajar. (8) Damainya hutan pinus di lereng gunung yang memagari dusun kecil ini mulai terusik oleh keganasan budaya “gaul”. (9) Bahkan, di depanku korban “gaul” seolah mau menerkamku. (10) Betapa tidak, Bu Guru Istiqomah datang dengan tampang baru, rambut yang ikal panjang hitam indah, kini berubah lurus bagai sapu ijuk karena percikan cat cokelat.
Pembuktian watak tokoh “aku” yang pencemas dalam kutipan tersebut terdapat pada kalimat nomor …
A. (1), (2), dan (8)
B. (1), (4), dan (6)
C. (2), (6), dan (7)
D. (4), (6), dan (9)
E. (4), (8), dan (10)
(UAN 2008/2009)
Pendeskripsian watak “aku” berdasarkan kutipan cerpen tersebut melalui …
A. gambaran fisik tokoh
B. ucapan tokoh lain
C. tindakan tokoh
D. dialog antar tokoh
E. uraian pengarang
(UAN 2008/2009)
Kedua soal di atas merupakan soal mengenai penokohan yang diambil dari soal-soal UAN 2008/2009. Berdasarkan pengamatan terhadap soal-soal UAN mata pelajaran Bahasa Indonesia 3 (tiga) tahun sebelumnya, peneliti mendapati soal-soal penokohan yang selalu muncul dengan bentuk soal yang hampir mirip. Soal-soal tersebut hanya menanyakan watak atau karakter tokoh berdasarkan deskripsi dari penggalan cerpen yang diberikan kemudian melalui apa watak tersebut digambarkan. Sayangnya, soal-soal ini dapat memperkuat asumsi siswa bahwa penokohan hanya sebatas deskripsi fisik semata.
Penokohan memang hanyalah merupakan satu dari sekian banyak bahasan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia yang patut dipahami siswa untuk menghadapi UAN. Jadi, tidak terlalu aneh jika beberapa siswa kelas 3 (tiga) masih belum memahami betul bagaimana cara menentukan karakter tokoh dalam suatu penggalan cerita. Pada kesempatan terbatas, peneliti melakukan uji coba terhadap lima orang siswa kelas 3 (tiga) dalam pemahaman mengenai penokohan. Setelah diberikan 2 (dua) butir soal yang bentuk soalnya hampir mirip dengan kedua soal di atas, hanya 3 (tiga) orang yang berhasil menjawab kedua soal dengan benar. Sisanya hanya menjawab salah satunya dengan benar. Meskipun ini tidak menjamin tingkat pemahaman siswa terhadap penokohan secara keseluruhan, namun uji coba kecil ini bisa dijadikan landasan bahwa pembelajaran mengenai penokohan pada sekolah tingkat menengah memang masih perlu dibenahi.
Menilai karakter satu tokoh dalam dunia cerpen sama susahnya dengan menilai seseorang dalam dunia nyata. Penilaian tidak bisa dilakukan di area permukaan yang terlihat saja tetapi juga secara mendalam agar tidak terjadi salah interpretasi terhadap sang tokoh. Sayangnya, kebanyakan penelitian sebelumnya tentang penokohan hanya bergelut pada tokoh dilihat dari apa yang ia katakan dan apa yang ia lakukan dalam cerita. Deskripsi tentang tokoh dalam beberapa penelitian masih terikat pada deskripsi yang digambarkan pengarangnya saja. Sehingga penelitian tersebut menjadi penelitian yang masih perlu analisis ulang karena hasil penelitian tersebut sudah diketahui oleh pembaca awam yang sudah memahami lebih dulu tanpa harus melakukan penelitian. Penelitian mengenai penokohan seharusnya adalah penelitian yang dilakukan secara mendalam sehingga mampu membuka karakter-karakter tokoh yang masih tersembunyi.
Analisis penokohan merupakan penelitian yang sudah banyak dilakukan sebelumnya. Beberapa penelitian masih konsisten menggunakan novel sebagai objek penelitian, seperti penelitian yang pernah dilakukan oleh Rusmila dalam skripsinya yang berjudul Analisis Penokohan Novel ‘Tumini Perawan Ondeneming’ Karya Karmaputra (2001). Analisis penokohan dalam cerpen masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan analis penokohan novel. Namun hal itu tidak berarti membuat penelitian penokohan terhadap kumpulan cerpen tidak ada sama sekali. Penelitian seperti ini pernah dilakukan oleh Darmiadi dalam skripsinya yang berjudul Tokoh-tokoh Wanita Idaman dalam Cerpen-Cerpen Majalah Wanita Kartini (2003).
Pada penelitian-penelitian penokohan sebelumnya, sebagian besar peneliti lebih memilih novel sebagai objek penelitian. Novel memberikan keleluasaan dalam penggambaran tokohnya sehingga pembaca serasa bisa langsung mengenali siapa sang tokoh. Sayangnya, hal inilah yang menjebak beberapa penelitian penokohan terdahulu sehingga perwatakan yang digambarkan di dalam penelitian tersebut tidak jauh berbeda dengan perwatakan yang sudah dijelaskan di dalam novel. Karena itulah, penelitian kali ini berupaya untuk terlepas dari ikatan deskripsi penokohan yang hanya terbatas pada apa yang diberikan oleh novel. Penggunaan cerpen sebagai objek penelitian juga dimaksudkan sebagai pembuktian bahwa dengan deskripsi tokoh yang terbilang terbatas, pembaca mampu menggali lebih dalam tentang siapa sang tokoh sebenarnya.
Ripin: Cerpen Kompas Pilihan 2005-2006 adalah satu dari ratusan buku kumpulan cerpen yang telah terbit. Akan tetapi buku ini memiliki kelebihan tersendiri yakni cara pemilihan cerpen yang berbeda dari buku-buku pendahulunya. Jika biasanya cerpen-cerpen yang akan diterbitkan menjadi buku itu dipilih oleh sejumlah anggota Redaksi Kompas, maka kali ini proses pemilihan diserahkan sepenuhnya pada pihak luar yakni Prof. Dr. Bambang Sugiharto dan Nirwan Dewanto. Suryopratmo, Pemimpin Redaksi Harian Kompas, menganggap kedua nama ini memiliki kompetensi yang bagus dalam memilih cerpen.
Dengan menempatkan dua tokoh tersebut untuk menyelia cerpen-cerpen Kompas yang terbit selama dua tahun yakni sepanjang tahun 2005 dan 2006, kami mengharap adanya kemungkinan-kemungkinan baru berikut kriteria-kriteria artistik yang lain, yang boleh jadi berbeda andai itu dilakukan oleh Redaksi Kompas (Pambudy, 2007: 9).
Perubahan metode pemilihan membawa warna baru pada buku kumpulan cerpen ini. Sehingga cerpen-cerpen yang dipilih dalam Ripin: Cerpen Kompas Pilihan 2005-2006 ini dinilai lebih unik dan unggul dibandingkan dengan yang lain. Perbedaan yang dibawa pada objek penelitian ini diharapkan bisa membuat penelitian penokohan kali ini juga berbeda dari pada penelitian-penelitian sebelumnya.
Tokoh-tokoh yang dihidupkan setiap cerpen dalam Ripin: Cerpen Kompas Pilihan 2005-2006 memiliki karakter yang khas dan samar. Penggambaran secara langsung tidak terlalu banyak muncul, bahkan ada beberapa cerpen yang tidak menggunakan jenis penggambaran ini sama sekali. Sehingga, untuk mengetahui jati diri tokoh sebenarnya diperlukan adanya penghubungan antara tokoh dengan semua unsur intrinsik dan informasi yang dimunculkan pada cerpen tersebut.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti memilih Ripin : Cerpen Kompas Pilihan 2005-2006 sebagai objek penelitian. Oleh karena itu, penelitian ini diberi judul Analisis Penokohan Kumpulan Cerpen Ripin : Cerpen Kompas Pilihan 2005-2006.
Masalah
Kecenderungan penokohan yang dikaitkan dengan deskripsi fisik tokoh membuat analisis penokohan menjadi dangkal. Hal ini terkait pula dengan pengenalan pembelajaran penokohan pada sekolah tingkat menengah yang juga hanya memberikan gambaran penokohan sebatas deskripsi fisik semata. Akibatnya, kedangkalan pemahaman tersebut terus ada dalam diri siswa dan tidak berkembang. Munculnya soal penokohan dalam Ujian Akhir Nasional pun memperkuat pemahaman terhadap deskripsi fisik atau deskripsi yang diberikan pengarang adalah sebagai penokohan atau perwatakan. Buku-buku penunjang yang merupakan pegangan siswa sekolah tingkat menengah masih belum memberikan pemaparan yang jelas mengenai penokohan. Penjelasan mengenai penokohan masih terlalu umum dan sedikit. Hal ini akan mendasari munculnya kerancuan dan keraguan terhadap apa yang dimaksud dengan penokohan dan bagaimana menganalisis penokohan sebenarnya karena dari awal pengenalan, pemahaman penokohan yang diberikan masih belum tepat.
Pengetahuan yang minim mengenai penokohan membuat pemahaman terhadap karakter suatu tokoh pun menjadi tidak maksimal. Keterbatasan pengetahuan tersebut hanya akan membuat penilaian terhadap suatu tokoh dalam karya sastra hanya terjadi pada tahap permukaan saja. Hal ini tidak hanya akan menggangu unsur penokohan saja, tetapi juga keseluruhan dari cerita.
Berdasakan latar belakang di atas, maka masalah yang dikaji adalah penokohan dalam kumpulan cerpen Ripin: Cerpen Kompas Pilihan 2005-2006.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan masalah di atas, peneliti merumuskan masalah penelitian yakni sebagai berikut:
1) Bagaimana perwatakan tokoh dalam kumpulan cerpen Ripin: Cerpen Kompas Pilihan 2005-2006?
2) Bagaimana jenis-jenis tokoh dalam kumpulan cerpen Ripin: Cerpen Kompas Pilihan 2005-2006?
3) Bagaimana teknik-teknik penokohan dalam kumpulan cerpen Ripin: Cerpen Kompas Pilihan 2005-2006?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan watak tokoh; jenis-jenis tokoh; dan teknik-teknik pelukisan tokoh dalam kumpulan cerpen Ripin: Cerpen Kompas Pilihan 2005-2006 agar penggambaran dan penilaian terhadap tokoh tidak hanya sebatas pada deskripsi fisik semata.
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, penokohan merupakan salah satu pokok bahasan wajib bagi siswa tingkat menengah. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memperdalam pemahaman tentang pembelajaran mengenai penokohan sebelumnya. Penelitian ini juga berkaitan dengan masih kurangnya penjelasan unsur intrinsik penokohan pada buku-buku ajar sekolah tingkat menengah. Oleh karena itu penelitian ini diharapkan mampu memberikan penjelasan dan jawaban atas pertanyaan mengenai penokohan, sehingga pembelajaran penokohan tidak disinonimkan dengan deskripsi fisik tokoh semata.
Manfaat Praktis
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat:
1) Dijadikan salah satu rujukan sebagai bahan referensi yang berhubungan dengan penelitian serupa.
2) Dijadikan sebagai penelitian evaluasi dari penelitian-penelitian sebelumnya.
3) Memberikan dorongan untuk gemar membaca karya sastra terutama cerpen.

You May Also Like

3 komentar

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. aku penasaran banget ma cerpen ini. tolong posting euy....
    tolong ya... thx...

    ReplyDelete
  3. anonim :: sebenernya ini dari kumpulan cerpen kompas 2006-2007 Ripin...jadi bisa di liat di gramed kayak na... hehehe Gomen
    ^ _ ^

    ReplyDelete