It's been a very long time since I watched some traditional dance performances from South Kalimantan. And I'm very pleasure to see it again in the proper moment to take a deep breath from some routines in these days. Thanks a lot for my friend who invited me in. It is beautiful performance and I really enjoy it.
Event titled "Merajut Tari Banua 2013" has been held in Balairung Sari, Taman Budaya Banjarmasin on December, 18 2013. Featuring dances from 13 dance studios in 13 districts in South Kalimantan. This event was also enlivened by dance from West Java and it presented by the mojang pahariyangan dancers. Mojang pahariyangan is epithet for a girl from West Java who known as a pretty, kind, and friendly girl.
The event opened with a few words of greeting and prayer. It has begun with a dance performed by three beautiful girls from West Java. And then it was continue with a couple traditional dance, also from West Java.
And after that thirteen dance groups from 13 districts performed, one by one.
Among the traditional dance performances from South Kalimantan, two traditional dances from West Java re-appear. Making the atmosphere more pleasant, increasingly.
These photos are taken by me and my friend, Humaidi. Thanks to him for inviting me and lend me his camera.
Well, actually I am in process in editing, translating, and making some financial reports, but I want to search some movies to refresh my brain a little bit. Huehehe. And I really want to watch some Idol's life movie, but I just found a few of it. When I'm typing 'korean movie idol' as keywords in google, I just found so many Mr. Idol movie. Which I've already watched. So, I have an idea to make a list Korean Movies and Korean Dramas whose stroy about Idol's life. At least it makes me remember about all K-movies and K-Dramas that I've already watched. :)
Why I really like to watch the movie about Idol's life? Well, because sometimes it's reveal the life that they hide before. Although it's just a fiction story but, a fiction is born from some realities, right? And the second reason is, they have real idols who play in that kind movies or dramas. hohohoho.
✮ Korean Movies about Idol's life ✮
♫ Mr. Idol
♫ White: The Melody of Curse
✮ Korean Dramas about Idol's life ✮
♫Full House
♫You are Beautiful
♫Marry Stayed Out All Night
♫You've Fallen for me / Heart String
♫Dream High
♫Dream High 2
♫The Strongest K-Pop Survival
♫My Black Mini Dress
♫To The Beautiful to You
♫My Love from the Star
Do you have any suggestion?
Why I really like to watch the movie about Idol's life? Well, because sometimes it's reveal the life that they hide before. Although it's just a fiction story but, a fiction is born from some realities, right? And the second reason is, they have real idols who play in that kind movies or dramas. hohohoho.
✮ Korean Movies about Idol's life ✮
♫ Mr. Idol
♫ White: The Melody of Curse
✮ Korean Dramas about Idol's life ✮
♫Full House
♫You are Beautiful
♫Marry Stayed Out All Night
♫You've Fallen for me / Heart String
♫Dream High
♫Dream High 2
♫The Strongest K-Pop Survival
♫My Black Mini Dress
♫To The Beautiful to You
♫My Love from the Star
Do you have any suggestion?
Oleh Noor Saadah
Aku menatap layar handphone-ku cukup lama, mungkin beberapa menit telah lewat. Hatiku terasa cukup hampa. Namun ini keputusanku karena aku ingin bahagia. Layar handphone-ku masih bererjap-kerjap, pertanda sudah beberapa kali sms masuk dan belum kubaca. Aku bukannya tidak ingin membalas pesan tersebut, hanya saja aku sudah tahu apa isinya. Akhirnya, setelah menghela napas panjang, dengan rasa lelah yang teramat sangat, aku membuka pesan singkat itu satu demi satu. Meski sebenarnya bisa dibilang ini bukanlah pesan singkat, terlihat dari karakternya yang sudah kelebihan batas minimal aturan sms, dan dikirim sebanyak tiga kali.
Dengan cepat kubaca sms itu, aku sudah cukup terbiasa dengan gaya sms-nya, jadi tak perlu kumasukkan kehati apa saja kata-katanya. Cukup intinya saja. Bahwa dia meminta ketegasanku. Aku sedikit geli dengan pertanyaannya, sudah jelas sekali sikapku padanya, masa sih dia tidak mengerti juga. Apa harus diucapkan dengan kata-kata? Sudah besar juga. Sudah sarjana juga. Masa tidak mengerti, bahwa menghilangnya aku selama beberapa hari, bahwa kealpaanku menelpon atau meng-smsnya, bahwa tidak adanya hidungku muncul dihadapannya, adalah karena aku sudah tidak ingin lagi bersamanya. Anak kecil pun akan segera paham dengan tanda-tanda yang kuberikan, dia yang katanya pintar itu, tidak?
From: 0852 48xx xxxx
Jangan perlakukan aku seperti ank SMA. Dgn menghilang n sama sekali td mmberi kbr. Beri aku kejelasan. Paling tdk begitu caramu menghargai aku yg sdh hampir 5 thn setia mendmpingi kmu.
Ah, sudah lima tahun, ya? Aku bahkan tidak menghitungnya lagi semenjak aku merasa tak lagi cocok dengannya. Padahal sudah sejak lama aku tak lagi ada rasa, namun rasa manusiawiku menghalangiku untuk segera meninggalkannya. Terkadang aku kasian. Terkadang aku sayang. Dan terkadang aku membutuhkannya, untuk mengerjakan tugas-tugasku, untuk mengantarkan paketku, untuk menemaniku jalan saat aku lagi nggak ada kegiatan.
Tapi sejujur-jujurnya dan sesungguh-sungguhnya, aku sudah teramat bosan dengan rutinitas kami berdua. Terlebih setelah dia mulai sibuk dengan pekerjaannya. Dia tidak bisa begini, dia tidak bisa kesini. Jadi sulit untuk bertemu. Dan aku pun menemukan duniaku, dengan teman-teman baru yang memiliki langkah yang sama, yang seirama. Tempat dimana aku bisa menyatukan eksistensiku yang selama ini terserak, berarak.
Pernah suatu kali saat aku tengah nongkrong dengan sahabat-sahabatku saat malam tahun baru, aku harus mematikan bunyi ringtone handphone-ku, karena terus berdering. Dia bak polwan, selalu ingin tahu aku ada dimana, aku dengan siapa, aku sedang apa. Loh apa urusannya, toh dia bukan istriku, bukan siapa-siapaku, cuma ‘pacar’ kala itu. Apalagi, kebetulan saat itu Dani temanku sedang mengenalkkanku kepada adik dari sepupunya temannya, Nia. Mahasiswi baru berambut halus seperti iklan shampo. Untungnya mereka percaya-percaya saja kalau aku tengah sendiri dari status yang kugadang-gadang di jejaring sosial pribadiku. Memang ada nilai positifnya aku jarang jalan dengannya, dengan begitu orang mengira aku sedang tak punya pacar.
Nia pun langsung menyambut senyum tulusku. Gadis mana sih yang tak mau denganku? Tampan, gagah, keren, pintar, punya motor gede pula. Dari anak SMA sampai dosen pun kalap mata, kalap hati kalau melihatku berjalan sendiri. Bahkan kata temanku, ini serius kata temanku lho, aku ini mirip artis pendatang baru. Tampang baik-baik, cocok jadi pemeran protagonis. Sekali tersenyum, dapat saja pin BB dua tiga gadis. Cara berpikir wanita zaman sekarang memang praktis. Sepertinya aku harus berterimakasih pada sinetron-sinetron dan drama-drama Korea yang telah mereka tonton. Semacam membentuk kepribadian yang homogen pada setiap gadis belia dan wanita di usia mereka yang masih ayu-ayunya. Mempermudahku untuk menjadi pangeran impian mereka.
Sayangnya si Nia tak bertahan lama. Suka merengek dan merajuk. Ah, membuatku kesal saja. Menghilangkan debaran-debaran, rasa rindu, dan lagu romantis dalam kepalaku. Tak tahu apa kalau aku banyak yang diurus. Ngurusin Ika, Rini, Putri, Ayu, plus si dia. Tapi lagi-lagi untungnya, aku tidak pernah ‘jadian’ dengan mereka. Hanya teman dekat, teman buat diajak nongkrong, teman diajak makan, teman diajak nonton, teman diajak curhat. Jadi tak salah dong kalau kubilang aku ini masih sendiri, yah selain dia. Tapi dia pun sebenarnya bukan pacarku kan? Kisah romantis kami itu sudah berakhir dari lama dan hanya tersisa rasa perlu saja. Dia kadang perlu aku. Aku kadang perlu dia. Nah, berarti kami ini bukan pacaran, hanya keperluan semata.
Makanya setelah menelan banyak referensi, dari novel, film, curhatan di twitter, hingga saran dari si anonim, aku memutuskan cara terbaikku untuk lepas dari hubungan keperluan ini adalah dengan menghilang sedikit demi sedikit dari hidupnya, menghilangkannya sedikit demi sedikit dari hidupku. Itu akan membuatnya terbiasa, membuatku juga terbiasa. Membuatnya tak merasa begitu sakit sehingga dia tak perlu mengeluarkan aura psikopat seperti yang ada di film-film pembunuhan di bioskop. Membuatku tidak begitu merasa bersalah untuk mengatakan dengan jelas kalau aku tidak lagi tertarik padanya. Yah, sudah cukuplah waktu yang selama ini kuberikan padanya, meskipun memang tak semuanya untuknya, Sudah cukuplah aku bertahan dan mengorbankan perasaanku untuk tetap bersamanya, padahal jelas aku menginginkan yang lain. Aku sudah cukup lelah dan sakit. Makanya, disinilah saatnya untuk berhenti dan mengambil jalan dan menuju ke arah yang lain. So sorry…
To: 0852 48xx xxxx
Maaf, mungkin ini memang jalannya utk kita berjalan sendiri2. Kita sudah mencoba bertahan tapi tidak bisa. Mungkin memang sebaiknya kita jalan masing2. Insyallah, kalau memang jodoh tidak kemana.
Lima menit dua puluh tiga detik kemudian…
From: 0852 48xx xxxx
Terima kasih sudah bersamaku selama hampir 5 thn ini. Aku berdoa semoga kmu bahagia. Dan semoga kamu mendapatkan yg kamu inginkan. Amin.
Aku melongo beberapa saat membaca balasan sms-nya. Tumben dia menerimanya dengan ikhlas. Ada apa ya? Apa jangan-jangan dia sudah punya lelaki baru? Apa jangan-jangan telah habis cintanya padaku? Atau ini hanyalah akting semata sebelum dia kembali membombardirku dengan sms dan lusinan telepon?
:(
###
Ada setumpuk kerjaan di rak tiga papan di sudut kamarku. Melihatnya saja sudah membuat mataku kesemutan, apalagi kalau harus menyentuhnya. Tapi harus selesai minggu ini, harus dibuat laporannya. Kalau minta tolong teman, pastinya minta traktir. Kalau minta tolong gebetan baru, tak enak lah. Dia pun sedang banyak tugas. Maklum mahasiswi baru jurusan bahasa inggris. Tiap hari kerjaannya komat-kamit nyanyi lagu bahasa Inggris. Katanya biar cepat hapal, soalnya mau jalan-jalan ke Singapore buat study tour bulan depan. Orang kaya.
Aku menghela nafas panjang. Sambil memutar-mutar handphone-ku yang tidak berbunyi dari magrib tadi. Kicauan si gebetan sudah dikicau ulang. Sms adik angkatan sudah di balas sejak tadi siang. Apa lagi yang harus aku lakukan? Sudah jam sebelas malam. Main game, malas. Main futsal, libur. Karena ada istri teman yang sedang melahirkan. Nonton film, nggak ada yang baru. Bosan.
Tanganku otomatis memencet-mencet layar touchscreen, yang sebenarnya memang bergerak berdasarkan perintah otak kanan. Secara sadar sejujurnya, aku membuka-buka akun si dia. Apa kabar ya dia sekarang? Biasanya, mantan-mantanku tak pernah tahan untuk tidak lagi kembali meng-smsku dalam waktu seminggu, terhitung dari tanggal putus. Paling tidak untuk bilang “met pagi” atau “apa kabar”. Jangankan yang baru satu minggu putus, mantan-mantanku yang lama masih kerap kali meng-smsku. Kadang bilang “jangan lupa makan”, kadang bilang “jangan lupa sholat”. Ah, padahal mereka pastinya pengen bilang “jangan lupain aku”. Yang satu ini nihil, masih dendam mungkin.
Status dia masih single. Tulisan di akunnya tidak terlalu banyak. Malah kebanyakan iklan. Membosankan. Dia lebih sering upload foto. Foto dengan si ini, foto di tempat baru, pamer gigi. Mungkin pamer kebahagiaan.
Jari-jariku lagi-lagi bergerak tanpa sadar, yang sebenarnya memang diperintah oleh si otak kanan lewat izinku. Kemudian aku menunggu, dan menunggu. Tidak terjadi apa-apa
To: 0852 48xx xxxx
Nite.
No new message.
The End
Cerpen ini telah terbit di Media Kalimantan
Oleh Noor Saadah
Oleh : Noor Sa’adah
Terinspirasi oleh
Cerpen-cerpen Djenar
Dan
Pengalaman pribadi.
Namaku Nazmi. Anak nakal zaman ini, disingkat ‘NaZmI’. Aku bukan laki-laki, namun aku juga bukan perempuan. Bukan perempuan baik-baik tapinya. Jalan hidupku biasa, namun kubuat luar biasa. Bosan soalnya. Aku tidak cantik, tapi aku punya daya tarik. Rahasia tentunya. Namun ku jamin, lelaki manapun akan tergoda, bahkan yang punya bini pun juga. Tapi sungguh, ini bukan karena aku bukan perempuan. Bukan perempuan baik-baik sebenarnya.
Jujur ya, aku punya aura, namun aku tak punya kekasih. Mungkin karena itulah hidupku jadi menyenangkan. Karena aku bisa menggoda siapa saja, bahkan yang punya bini pun juga. Baru punya pacar apalagi. Mudah untukku merayunya. Tapi sungguh, ini bukan karena aku bukan perempuan. Memang bukan perempuan baik-baik kenyataannya.
Aku bukan peselingkuh. Aku tak suka difitnah seperti itu. Sampai liang kubur pun aku tidak rela dicap tidak setia. Aku kan bukan tukang selingkuh! Aku bisa jamin itu. Aku hanya suka jadi selingkuhan. Jelas bedakan?
Pernah suatu ketika, aku menggoda seorang pria. Dia tak tampan, tapi cukup rupawan. Menggoda pria mapan namun masih sendiri itu mah gampang. Tapi menggoda pria beristri, itu baru namanya tantangan. Namanya Iwan. Laki-laki yang baru naik daun dan punya banyak kebimbangan. Tapi bukan dia yang menarik minatku untuk meluncurkan jurus-jurus simpanan warisan keturunan. Istrinya yang galak bak macan siap perang itu yang bikin cerita ini jadi menyenangkan. Ambisinya yang melindungi suaminya yang tidak setia itu, benar-benar mengherankanku. Sebegitu besarkah cintanya pada suaminya? Atau sebegitu bodohnya dia mau-mau saja punya suami seperti itu? Kalau aku sih, paling bertahan dua tiga bulan, habis itu sudah siaplah untuk dibuang. Kasian juga, tapi mau bagaimana lagi? Aku kan bukan perempuan. Bukan perempuan baik-baik kan?
Cukup dengan perhatian penuh senyuman, ditambah lakon pengertian yang dilebih-lebihkan, si Iwan sudah klepek-klepek mabuk kepayang. Sudah mulai tak sayang dengan istrinya yang garang. Awal-awalnya Cuma smsan. Curhat-curhat ringan. Terus telpon-telponan. Akhirnya janjian ketemuan. Foto bininya pun tak lagi dipajang di dompet. Wah, ini lampu hijau. Kalau lelaki sudah mulai berkeluh kesah, itu artinya dia mulai goyah. Mudah dipatah-patah. Akhirnya, sungguh mudah memutar balikkan otaknya. Yang salah jadi benar, yang benar jadi salah. Lalu, aku cukup menjadi malaikat bersayap perak yang menanti kedatangannya dengan tangan terbuka dan sajian lezat penghilang dahaga. Kutunjukkan saja kebaikan-kebaikan berlipat ganda agar dia merasa aku lebih baik dari istrinya. Kuberikan saja apa yang tidak dipunyai bininya agar dia merasa Cuma aku yang memahaminya. Kusampaikan perhatian dan kasih penuh palsuku padanya hingga Cuma aku yang dia rasa bisa menghargainya. Gampang saja memberikan janji-janji fatamorgana di awal-awal hubungan. Toh masih lama lagi juga dia baru akan sadar kalau aku bukan perempuan. Bukan perempuan baik-baik tentunya.
Si Iwan sudah bimbang. Namun yang namanya lelaki, takut salah jalan mikirnya jadi kelamaan. Sang istri garang sudah mulai curiga tak tenang. Lalu, pada suatu malam munculah ancaman lewat ratusan karakter di layar telepon genggam. Aku kalang kabut karena tak ada persiapan. Akhirnya aku pura-pura lemah, dan ceritanya jadi perempuan baik-baik. Padahal aku kan bukan perempuan. Bukan,…yah apalah itu.
Diam-diam kususun rencana. Kupancing-pancing si istri supaya dia jadi lebih marah, lebih heboh penuh amarah. Kubeberkan curhatan-curhatan suaminya. Biar dia ngerasa kalah. Kataku, “ Bilang sama suamimu, fotomu di pajang donk di dompet. Kemarin kulihat nggak ada tuh.”
Seharusnya dia berterimakasih, aku sudah memberitahu apa yang dia tidak tahu. Sebagai perempuan, ehm, baik baik aku hanya menyampaikan apa yang disembunyikan suaminya. Kan tujuannya jelas. “Bercerai dengan suamimu biar bisa jadi milikku untuk sementara waktu.” Tapi aku toh berbaik hati untuk tetap menyimpan kalimat itu di dalam hatiku saja untuk kunikmati bersama seringaian-seringaian kemenanganku nanti. Aku baik kan?
Setelah puas dengan koleksi sms penuh sumpah serapah si istri itu, paham adu dombaku pun keluar dengan wajar. Ku kirimkan sms-sms itu ke suaminya, biar hancur hubungan itu. Status itu. Luluh saja, tak perlu lantak, karena aku yang akan melanjutkannya, untuk sementara waktu. Si Iwan tentunya marah. Si Iwan dan si istri itu tentunya akan pisah. Ceritaku akan happy ending yang kukhususkan untukku. Persetan dengan mereka, aku tak kenal istrinya, dan suaminya, paling kupacari beberapa bulan. Habis itu terserahlah, aku kan bisa cari yang lain lagi. Cari-cari pengalaman dengan yang lain lagi. Tidak masalah bagiku yang bukan perempuan. Bukan perempuan baik.
Aku bersenandung riang menanti detik berganti jam. Gugup seperti akan menerima penghargaan atas drama antagonisku yang sungguh spektakuler. Bukan film horor, tapi benar-benar menegangkan. Tentu saja bukan film romantis, tapi benar-benar melankolis. Tapi, sori ya, jangan harap aku mau menangis. Dalam hal ini aku hanya kenal dengan kata tertawa saja. Kan bukan perempuan. Bukan perempuan sebaik-baik perempuan.
Ngomong- ngomong soal penghargaan, tentu saja si Iwan jadi pialanya. Kan yang menang yang dapat Iwan. Dan sudah jelas dong siapa yang akan naik panggung, mengambil hadiah, kemudian berkoar-koar tentang terima kasih pada si anu, terima kasih pada si itu, dan terima kasih pada diri sendiri. Orang itu tentu saja aku. Aku! Aku si Nazmi, si anak nakal zaman ini, yang berhak untuk menang atas perjuanganku menarik ulur suami orang. Aku kan memang layak, karena aku sudah keluar banyak siasat. Kita terbuka saja, tidak mudah mendapatkan hati yang sudah di rantai dan di ikat di atas tiang bendera. Mereka berkibar-kibar dan erat terlilit di ujung sana sedang aku harus menanti di ujung yang lain. Jelas ini perlu strategi yang matang, meski terkadang berjalan secara spontan. Mungkin efek genetik, keturunan dari nenek moyang. Dan tentu saja perlu kesabaran ekstra banyak, karena tekadang aku juga capek sendiri terus-terusan bersandiwara dengan mengusung-usung topeng di wajahku yang muda. Kadang harus berlari. Kadang harus tau waktunnya mengerem. Pokoknya susah lah menjadi seperti aku yang bukan perempuan. Perempuan yang ….
Oke, sekarang aku sudah cukup bosan menunggu. Sementara orang-orang di sekitarku berteriak, “Ingat karma! Ingat karma!”, aku sih senyum-senyum saja. Mau apa lagi? Paling anak cucuku nanti juga bakal mengikuti jejak ke-bukan perempuan-an ku. Atau paling-paling suami-suaminya direbut oleh orang-orang seperti aku. Ah, itu masalah gampang. Masalah nanti setelah aku mati. Menurutku sih, semakin banyak orang seperti aku hidup, maka semakin tidak membosankannya dunia. Makanya, sembari menunggu award yang akan kudapat, aku gencar mengkampanyekan paham bukan perempuan ini ke orang tuaku, ke adik kakakku, ke kawan-kawanku, dan orang-orang yang ada di sisi kanan dan kiriku. Cuek saja, dengan begini, makin banyak yang mendukung pahamku, makin kecil kemungkinan aku dipersalahkan. Paling-paling sisi buruknya aku jadi banyak saingan, karena membludaknya jumlah penganut aliran ini yang mulai tidak terkontrol. Seperti kataku tadi cuek saja.
Akhirnya batas cuekku habis. Si Iwan tidak datang-datang lagi. Cuma sesekali sms, itupun demi kepentingan konfirmasi. Takut salah ngomong sama istri.
“Udah, cerai saja,” pintaku manis sekali ia datang lagi.
“Aku masih sayang,” jawabnya bimbang.
“Tapi dia tidak baik buat kamu, dia cuma mengekang kreatifitas kamu, kebebasan kamu. Beda denganku. Jika kamu bersama aku, kamu bebas, tidak perlu ada aturan-aturan seperti itu. Aku tidak seperti istrimu. Iya kan?” senyumku lagi, manis sekali.
“Aku tidak tau. Aku Cuma bisa menjalani saja,” katanya, lagi-lagi bimbang. Entah mengapa aku mulai tidak sabar. Bagaimana caranya istrinya bisa bertahan dengan laki-laki seperti ini. Tinggal pilih aku saja apa susahnya. Ribuan kali aku sudah mendengar kata lelah dari bibirnya ketika ia bercerita tentang sang istri. Tapi tetap saja dia susah sekali meninggalkan perempuan entah baik entah bukan itu.
Habis sudah pertahananku. Saat si istri itu kembali menghubungiku dan memintaku untuk menjauhi suaminya dan berharap aku bisa berpikir seandainya aku berada di posisinya, aku mengeram marah. Dia yang sudah mengganggu hubunganku dengan Iwan. Status istri saja bangga. Toh suaminya masih sempat main hati denganku. Lupalah aku akan sandiwaraku, lupalah aku dengan teks skenario yang sudah baik-baik kususun. Situasi tiba-tiba berbalik menghakimiku, menjadi tidak sesuai dengan apa yang kubayangkan. Posisiku jadi tidak menguntungkan. Dan tanpa kusadari, iwan berbalik menusukku dari belakang. Menjauhiku dan memilih perempuan itu. Apa? Aku tidak terima. Kenapa perempuan itu bisa menghalangi kemauanku, aku ini kan Nazmi, bukan perempuan! Yang sudah jelas-jelas bukan perempuan baik-baik!
Akhirnya aku jalan mundur saja. Bukannya mengalah, tapi memulai dari awal lagi. Laki-laki mana yang tak bisa ku goda, bahkan yang punya bini pun juga. Jadi selingkuhan Iwan lagi pun tak masalah. Nanti kan ada lagi waktunya menyusun rencana. Saat mereka tidur dan tak mengerti apa-apa. Aku akan kembali memainkan peranku dengan lebih sempurna. Menipu Iwan atau siapa saja, tak ada bedanya. Mereka sama-sama pria. Tapi sungguh, ini bukan karena aku bukan laki-laki, bukan pula karena aku bukan perempuan. Bukan perempuan baik-baik sebenarnya.
Cerpen Oleh Noor Saadah
O
h no, did I get too close?
Oh, did I almost see what's really on the inside?
All your insecurities
All the dirty laundry
Never made me blink one time
Unconditional, unconditionally
I will love you unconditionally
There is no fear now
Let go and just be free
I will love you unconditionally
Come just as you are to me
Don't need apologies
Know that you are worthy
I'll take your bad days with your good
Walk through the storm I would
I do it all because I love you, I love you
Unconditional, unconditionally
I will love you unconditionally
There is no fear now
Let go and just be free
I will love you unconditionally
So open up your heart and just let it begin
Open up your heart and just let it begin
Open up your heart and just let it begin
Open up your heart
Acceptance is the key to be
To be truly free
Will you do the same for me?
Unconditional, unconditionally
I will love you unconditionally
And there is no fear now
Let go and just be free
'Cause I will love you unconditionally (oh yeah)
I will love you (unconditionally)
I will love you
I will love you unconditionally
Indonesian
Oh, tidak. Apakah aku terlalu dekat?
Oh, apakah aku hampir melihat apa yang sesungguhnya ada di dalam sana?
Semua ketidakamanan tentangmu,
Semua pakaian kotormu,
Tidak pernah sekalipun membuatkku berkedip.
Tanpa syarat,tanpa syarat
Aku akan mencintaimu tanpa syarat
Tidak ada ketakutan sekarang,
Lepaskan dan bebaslah,
Aku akan mencintaimu tanpa syarat
Datanglah apa adanya padaku
Tak perlu kata maaf,
Aku tahu kau layak
Aku akan menerima hari-hari terburukmu bersama dengan kebaikanmu,
Berjalan melalui badai akan kulakukan,
Aku melakukannya karena aku mencintaimu, aku mencintaimu.
Tanpa syarat,tanpa syarat
Aku akan mencintaimu tanpa syarat
Tidak ada ketakutan sekarang,
Lepaskan dan bebaslah,
Aku akan mencintaimu tanpa syarat
Jadi bukalah hatimu dan biarkan ini dimulai,
bukalah hatimu dan biarkan ini dimulai,
bukalah hatimu dan biarkan ini dimulai,
bukalah hatimu
Penerimaan adalah kunci
untuk benar-benar bebas
akankah kau akan melakukan hal yang sama untukku?
Tanpa syarat,tanpa syarat
Aku akan mencintaimu tanpa syarat
Tidak ada ketakutan sekarang,
Lepaskan dan bebaslah,
Karena, aku akan mencintaimu tanpa syarat
Aku akan mencintaimu (tanpa syarat)
Aku akan mencintaimu
Aku akan mencintaimu tanpa syarat
Oh, did I almost see what's really on the inside?
All your insecurities
All the dirty laundry
Never made me blink one time
Unconditional, unconditionally
I will love you unconditionally
There is no fear now
Let go and just be free
I will love you unconditionally
Come just as you are to me
Don't need apologies
Know that you are worthy
I'll take your bad days with your good
Walk through the storm I would
I do it all because I love you, I love you
Unconditional, unconditionally
I will love you unconditionally
There is no fear now
Let go and just be free
I will love you unconditionally
So open up your heart and just let it begin
Open up your heart and just let it begin
Open up your heart and just let it begin
Open up your heart
Acceptance is the key to be
To be truly free
Will you do the same for me?
Unconditional, unconditionally
I will love you unconditionally
And there is no fear now
Let go and just be free
'Cause I will love you unconditionally (oh yeah)
I will love you (unconditionally)
I will love you
I will love you unconditionally
Indonesian
Oh, tidak. Apakah aku terlalu dekat?
Oh, apakah aku hampir melihat apa yang sesungguhnya ada di dalam sana?
Semua ketidakamanan tentangmu,
Semua pakaian kotormu,
Tidak pernah sekalipun membuatkku berkedip.
Tanpa syarat,tanpa syarat
Aku akan mencintaimu tanpa syarat
Tidak ada ketakutan sekarang,
Lepaskan dan bebaslah,
Aku akan mencintaimu tanpa syarat
Datanglah apa adanya padaku
Tak perlu kata maaf,
Aku tahu kau layak
Aku akan menerima hari-hari terburukmu bersama dengan kebaikanmu,
Berjalan melalui badai akan kulakukan,
Aku melakukannya karena aku mencintaimu, aku mencintaimu.
Tanpa syarat,tanpa syarat
Aku akan mencintaimu tanpa syarat
Tidak ada ketakutan sekarang,
Lepaskan dan bebaslah,
Aku akan mencintaimu tanpa syarat
Jadi bukalah hatimu dan biarkan ini dimulai,
bukalah hatimu dan biarkan ini dimulai,
bukalah hatimu dan biarkan ini dimulai,
bukalah hatimu
Penerimaan adalah kunci
untuk benar-benar bebas
akankah kau akan melakukan hal yang sama untukku?
Tanpa syarat,tanpa syarat
Aku akan mencintaimu tanpa syarat
Tidak ada ketakutan sekarang,
Lepaskan dan bebaslah,
Karena, aku akan mencintaimu tanpa syarat
Aku akan mencintaimu (tanpa syarat)
Aku akan mencintaimu
Aku akan mencintaimu tanpa syarat
"I
f I can replay the time and have one gift to ask,
I wil ask to wide awake for the entire day.
so I can treasure every moment that I miss out."
Hal pertama yang menari dipikiranku saat menatap kamar hotelku yang bernomor 701 ini adalah "keren". Aku pernah membaca komik Jepang, yang ceritanya tentang sepasang kekasih menyewa sebuah kamar hotel yang tepat di atas tempat tidurnya terdapat sebuah cermin besar. Tidak pernah terbayangkan kalau aku akan tidur di kamar seperti di dalam komik tersebut, di bawah cermin sebesar itu, sendirian.
Hotel The Designers ini berlokasi di Samseong-dong, Gangnam-gu, Gangnam - Coex, Seoul. Hotel ini dekat dengan Pusat Pameran dan Pertemuan Coex, Taman Seolleung, dan COEX Mall. Tidak jauh dari tempat ini juga terdapat Bongeunsa dan Stadion Bisbol Jamsil.Didesain secara khusus oleh beberapa desainer interior sehingga konon setiap kamar memiliki desain yang berbeda.
Sesuai dengan namanya, tiap kamar didesain dengan unik, dengan kaca besar di atas tempat tidur atau bahkan pohon di samping bantalmu. Fasilitas di dalamnya cukup memuaskan dan bisa dibilang hampir mampu mengurungku untuk tetap berada di dalam kamar -- seandainya saja ini bukan Seoul dan aku punya waktu lebih dari 5 hari aku pasti akan menghabiskan satu hari penuh untuk mengurung diri di kamar ini, untuk bertapa mungkin hehe. Fasilitas yang kudapat antara lain bathup, shower, toilet yang agak membuatku merinding -- akan kuceritakan nanti -- free wifi, sebuah laptop yang langsung terkoneksi dengan internet, televisi LCD -- yang menunya agak membuat syok -- kulkas kecil, pemanas air beserta teh tanpa gula yang membuatku ketagihan, dan hairdryer -- yang menunjukkan kalau orang Korea memang benar-benar peduli pada penampilan.
Tentang toilet yang membuatku agak merinding, bukan karena ada sesuatu yang mengerikan di dalamnya -- semacam hantu perempuan yang tiba-tiba nongol dari dalam closet. Hahaha. Tapi sebelumnya aku ingin bertanya, "Apakah Anda pernah menonton film 'Hello Stranger'?" Film yang menceritakan tentang dua orang Thailand yang tidak saling mengenal dan bertemu di Seoul saat berwisata? Ada sebuah scene dalam film tersebut yang sepertinya hampir mirip kejadiannya denganku. Toilet ini sebenarnya bukan masalah seandainya benda ini memiliki keterangan dalam bahasa Inggris. Sayangnya, aku masih dalam tahap belajar membaca hangul dan memahami maksudnya, dihadapakan pada kenyataan pahit saat berada di satu situasi darurat saat tengah sakit perut tapi harus berpikir terlebih dahulu selama beberapa menit untuk memahami apa saja kegunaan tombol-tombol di toilet itu. Alhasil, aku melakukan semacam eksperimen kecil terhadap tombol-tombol tersebut dengan memencetnya dan berlari keluar sesudahnya, sambil mengintip apa yang sedang terjadi. Hahaha. Kampungan memang, tapi paling tidak aku bisa memahami karakter Dang di Hello Stranger yang kaget saat pertama kali menggunakan toilet tersebut.
Dan tentang televisi yang membuatku syok bukan karena aku bisa menonton drama Lee Min Ho 'The Heirs' secara langsung. Atau karena semua layar di TV menggunakan tulisan hangul dan aku tidak mengerti bagaimana caranya mengubahnya. Tapi karena aku -- setelah menekan banyak tombol -- menemukan menu untuk program acara yang sebenarnya baik-baik saja sampai aku menemukan salah satu menu 18+. Penasaran, kupencet saja menu itu dan alhasil jeretan pilihan film dewasa berjejer siap untuk kupelototi. Untungnya -- haha -- untuk menonton film-film itu diperlukan password yang aku tidak tahu. Jadi aku memutuskan untuk tidur dan bersiap untuk petualanganku besok harinya.
I wil ask to wide awake for the entire day.
so I can treasure every moment that I miss out."
Hal pertama yang menari dipikiranku saat menatap kamar hotelku yang bernomor 701 ini adalah "keren". Aku pernah membaca komik Jepang, yang ceritanya tentang sepasang kekasih menyewa sebuah kamar hotel yang tepat di atas tempat tidurnya terdapat sebuah cermin besar. Tidak pernah terbayangkan kalau aku akan tidur di kamar seperti di dalam komik tersebut, di bawah cermin sebesar itu, sendirian.
Hotel The Designers ini berlokasi di Samseong-dong, Gangnam-gu, Gangnam - Coex, Seoul. Hotel ini dekat dengan Pusat Pameran dan Pertemuan Coex, Taman Seolleung, dan COEX Mall. Tidak jauh dari tempat ini juga terdapat Bongeunsa dan Stadion Bisbol Jamsil.Didesain secara khusus oleh beberapa desainer interior sehingga konon setiap kamar memiliki desain yang berbeda.
Sesuai dengan namanya, tiap kamar didesain dengan unik, dengan kaca besar di atas tempat tidur atau bahkan pohon di samping bantalmu. Fasilitas di dalamnya cukup memuaskan dan bisa dibilang hampir mampu mengurungku untuk tetap berada di dalam kamar -- seandainya saja ini bukan Seoul dan aku punya waktu lebih dari 5 hari aku pasti akan menghabiskan satu hari penuh untuk mengurung diri di kamar ini, untuk bertapa mungkin hehe. Fasilitas yang kudapat antara lain bathup, shower, toilet yang agak membuatku merinding -- akan kuceritakan nanti -- free wifi, sebuah laptop yang langsung terkoneksi dengan internet, televisi LCD -- yang menunya agak membuat syok -- kulkas kecil, pemanas air beserta teh tanpa gula yang membuatku ketagihan, dan hairdryer -- yang menunjukkan kalau orang Korea memang benar-benar peduli pada penampilan.
Tentang toilet yang membuatku agak merinding, bukan karena ada sesuatu yang mengerikan di dalamnya -- semacam hantu perempuan yang tiba-tiba nongol dari dalam closet. Hahaha. Tapi sebelumnya aku ingin bertanya, "Apakah Anda pernah menonton film 'Hello Stranger'?" Film yang menceritakan tentang dua orang Thailand yang tidak saling mengenal dan bertemu di Seoul saat berwisata? Ada sebuah scene dalam film tersebut yang sepertinya hampir mirip kejadiannya denganku. Toilet ini sebenarnya bukan masalah seandainya benda ini memiliki keterangan dalam bahasa Inggris. Sayangnya, aku masih dalam tahap belajar membaca hangul dan memahami maksudnya, dihadapakan pada kenyataan pahit saat berada di satu situasi darurat saat tengah sakit perut tapi harus berpikir terlebih dahulu selama beberapa menit untuk memahami apa saja kegunaan tombol-tombol di toilet itu. Alhasil, aku melakukan semacam eksperimen kecil terhadap tombol-tombol tersebut dengan memencetnya dan berlari keluar sesudahnya, sambil mengintip apa yang sedang terjadi. Hahaha. Kampungan memang, tapi paling tidak aku bisa memahami karakter Dang di Hello Stranger yang kaget saat pertama kali menggunakan toilet tersebut.
Dan tentang televisi yang membuatku syok bukan karena aku bisa menonton drama Lee Min Ho 'The Heirs' secara langsung. Atau karena semua layar di TV menggunakan tulisan hangul dan aku tidak mengerti bagaimana caranya mengubahnya. Tapi karena aku -- setelah menekan banyak tombol -- menemukan menu untuk program acara yang sebenarnya baik-baik saja sampai aku menemukan salah satu menu 18+. Penasaran, kupencet saja menu itu dan alhasil jeretan pilihan film dewasa berjejer siap untuk kupelototi. Untungnya -- haha -- untuk menonton film-film itu diperlukan password yang aku tidak tahu. Jadi aku memutuskan untuk tidur dan bersiap untuk petualanganku besok harinya.