Spirit Bound ~ Bahasa Indonesia (Chapter 5) part 2

by - 12:48 PM


Namun, herannya, saat ia menatap aku dan Lissa, dia tersenyum. “Vasilissa. Dan Rosemarie.” Dia memberi isyarat agar kami mendekat, dan grup yang mengelilinginya bubar. Aku mendekatinya bersama Lissa, langkahku kaku. Apakah aku akan diteriaki di depan semua orang ini?


Sepertinya tidak. Selalu ada bangsawan baru untuk ditemui, dan Tatiana memperkenalkan Lissa untuk pertamakalinya pada mereka. Setiap orang penasaran terhadap putri Dragomir. Aku pun diperkenalkan juga, meskipun sang ratu tidak menggunakan kebiasaannya untuk mendendangkan kekagumannya seperti yang ia lakukan terhadap Lissa. Namun masih saja, menjadi orang yang diakui terasa menyenangkan.


“Vasilissa,” kata Tatiana, setelah basa-basinya selesai, “Aku sedang berpikir kalau kau harusnya segera mengunjungi Lehigh. Pengaturan perjanjian kunjunganmu telah dibuat, oh, mungkinselama satu setengah minggu. Kami pikir itu merupakan perlakukan yang bagus sebagai hadiah ulang tahunmu. Serena dan Grant akan ikut bersamamu, dan aku mungkin akan mengirim beberapa orang lagi.” Serena dan Grant adalah pengawal yang mengantikan Dimitri dan aku sebagai pelindung Lissa di masa depan. Tentu saja mereka akan pergi bersamanya. Kemudian, Tatiana mengucapakn hal yang paling mengaggetkan dari semua hal. “ Dan kau bisa pergi juga jka kau mau, Rose. Vasilisa tidak bisa merayakannya tanpamu.” 

Lissa merasa melayang. Universitas Lehigh. Iming-iming yang membuat ia mau menerima untuk tinggal di istana. Lissa memohon untuk mendapatkan pengetahuan sebanyak yang bisa ia dapatkan, dan sang ratu memberikannya kesempatan untuk mendapatkannya. Kemungkinan untuk dikunjungi sungguh membuatnya dipenuhi hasrat dan kegembiraan -- khususnya jika dia bisa merayakan ulang tahun kedelapanbelasnya bersamaku disana. Hal itu cukup untuk membuatnya melupakan Victor dan Christian, yang artinya sesuatu. 

“Terima kasih, yang mulia. Hal itu sangat bagus.” Aku tahu ada kemungkinan kuat, kalau kami -- tidak mungkin kemana-mana dalam jadwal kunjungan ini -- tidak jika rencanaku untuk Victor berkerja. Namun aku tidak ingin mengacaukan kebahagiaan Lissa -- dan aku jugaa tidak mungkin menyebut-nyebut hal itu di tengah keramaian bangsawan seperti ini. Aku pun seperti membeku setelah mengetahui aku juga diundang. Setelah menyampaikan undangan tersebut, sang ratu idak berbicara apa-apa lagi padaku dan melanjutkan pembicaraannya dengan yang lain disekitarnya. Namun, dia terlihat puas -- untuk nya, paling tidak -- saat menyebutkan namaku, sama seperti yang ia lakukan di kediaman ivashkov. Tidak terasa seperti keramahan seorang sahabat tapi jelas bukan perempuan jalang yang gila. Mungkin Daniella benar. 

Semakin banyak bangsawaan yang ikut-ikutan saat setiap orang mulai berbicara dan mencoba menarik perhatian sang ratu, dan hal ini menjelaskan bahwa aku tidak lagi diperlukan. Melirik ke sekitar ruangan, aku menemuka seseorang yang kuperlukan utnuk bicara dan tanpa perlawanan memisahkan diriku sendiri dari group, menyadari kalau Lissa bisa menjaga dirinya sendiri. 

“Eddie,” panggilku, mencapaisisi alin dari ruangan ini. “Sendiri akhirnya.” Eddie Castile, teman lamaku, menyeringai saat ia melihatku. Dia juga seorang dhampir, tingg dengan wajah tirus yang manis, kelaki-lakian terpancar dari wajahnya. Dia telah mengecat rambut hitamnya menjadi pirang-pucat sebagai perubahannya. Lissa pernah berharap aku dan Eddi berkencan, namu aku dan Eddie hanyalah teman. 

Sahabatnya adalah Mason, cowok manis yang tergila-gila padaku dan yang telah dibunuh oleh Strigoi. Setelah kematiannya, Eddie dan aku telah menambahkan sikap saling melindungi satu sama lain. Dia kemudian pernah diculik saat penyerangan di St. Vladimir dan pengalamnnya membuatnya menjadi pengawal yang serius dan tegas -- terkadang menjadi sangat serius. Aku ingin dia mendapatkan kesenangan dan aku bahagia melihat kilatan kebahagiaan di mata hijaunya sekarang. 

“Kurasa setiap bangsawan di ruangan inti telah mencoba menyogok mu,” godaku. Itu tidak sepenuhnya gurauan. Aku telah memperhatikannya selama pesta, dan selalu ada seseorang bersamanya. Catatannya telah mendapatkan bintang. Bertahan hidup daru kejadian yang mengerikan dalam hiduonya yang mungkin menakutinya, namun semua itu terlihat dalam kemampuannya. Dia memiliki nilai yang tinggi dan skor yang sangat baik dalam ujan. Dan yang paling penting, dia tidak memiliki reputasi yang menyimpang. Dia adalah tangkapan yang bagus. 

“Yah sepertinya begitu.” Dia tertawa. “Aku benar-benar tidak menyangka.” 

“Kau sangat rendah hati. Kau itu adalah hal terpanas di ruangn ini.” 

“Tidak jika dibandingkan denganmu.” 

“Ya. Dari sejumlah orang yang berbaris berbicara padaku. Setahuku, hanya Tasha Ozera yang menginginkanku. Dan Lissa, tentu saja.” 

Garis kerutan saat ia berpikir terpampang di wajah Eddie. “Bisa jadi lebih buruk.” 

“Ini akan menjadi lebih buruk. Tidak mungkin sepertinya aku bersama dengan salah satu dari mereka.” 

Kami terdiam, dan rasa pusing mendadak memenuhiku. Aku datang untuk meminta bantuan Eddie, dan ini tidak lagi terdengar sebagai ide yang bagus. Eddie sedang berada di batas karis yang ersinar. Dia adalah teman yang setia, dan aku yakin dia akan menolongku sesuai dengan apa yang aku butuhkan ... namun mendadak aku tdak ingin memintanya menolongku. Namun seperti Mia,Eddie adalah seorang pengintai. 

“Ada apa, Rose?” Suaranya berubah kuatir -- sifat alami protektifnya muncul. 

Aku menggelengkan kepalu. Aku tidak bisa melakukannya. “Tidak apa-apa.”

“Rose,” katanya memperingatkan.

Aku membuang muka, tidak bisa menatap matanya. “Ini tidak penting. Sungguh.” Aku akan menemukan jalan lain, orang lain. 

Yang mengagetkanku, dia meraih untuk menyentuh daguku dan mengangkat kepalaku agar kembali menatapnya. Tatapannya memerangkapku, tidak mengizinkanku untuk kabur. 

“Apa yang kau butuhkan?” 

Aku menatapnya lama. Aku sangat egois, mengambl risiko dari kehidupan dan reputasi teman yang aku pedulikan. Jika Christian dan Lissa tidak sedang bertengkar, aku akan meminta bantuannya juga. Namun Eddie adalah yang tersisa untukku. 

“Aku membutuhkan sesuatu ... sesuatu yang cukup ekstrim.”

Wajahnya masih terlihat serius, namun bibirnya telah berubah menjadi senyum yang masam.

“Apapun yang kau lakukan selalu ekstrim, Rose.”

“Tidak kalian. Ini ... sebenarnya, adalah hal yang bis saja menghancurkan segalanya untukmu. Kau bisa tertimpa masalah. Aku tidak bisa melakukannya untukmu.”

Senyum separuh itu menghilang. “Tidak apa-apa,” katanya hangat. Jika kau membutuhkanku, aku akan melakukannya. Apapun hal itu.” 

“Kau tidak tahu tenatng apa ini.”

“Aku mempercayaimu.”

“Ini ilegal. Bahkan termasuk pengkhianatan.” Kata-kata itu membuatnya ragu sebentar, namun dia kembali nampak yakin. “Apapun yang kau inginkan. Aku tidak peduli. Aku akan mendukungmu.” Aku sudah menyelamatkan nyawa Eddie dua kali, dan aku tahu kalau dia sungguh-sungguh dengan ucapannya. Dia merasa berhutang padaku. Dia akan pergi kemanapun aku minta, bukan karena percintaan romantis, tapi karena persahabatan dan kesetiaan. “Ini pelanggaran,” aku mengulangi. “Kau harus sembunyi-sembunyi keluar dari istana ... malam ini. Dan aku tidak tahu kapan kita akan kembali.” Sunggu sangan mungkin kalau kami tidak akan kembali. Jika kami menerobos masuk dengan penjagaan penjara ... sebenarnya, mereka mungkin akan melakukan ukuran kematian untuk melaksanakan tugas mereka. Itulah untuk kam semua dilatih. Tapi aku tidak bisa menimpakan semua rencana penerobosan ini dengan hanya mengandalkan kompulsi Lissa. Aku perlu petarung lain yang akan mendukungku. 

“Cukup katakan padaku kapan waktunya.”

Dan itulah yang membuat ini terjadi. Aku tidak mengatakan padanya keseluruhan detil rencana kami, tapi aku memberinya lokasi tempat kami berkumpul nanti malam dan mengatakan padanya untuk membawa apa saja yang diperlukan. Dia tidak pernah bertanya padaku. Dia berkata kalau dia akan ada disana. 

Bangsawan baru datang untuk berbicara dengannya setelah itu, dan kemudian aku meninggalkannya, mengert bahwa a akan datang nanti, Ini sulit tapi aku mendorong keluar perasaan bersalahku yang mungkin akan membahayakan seluruh masa depannya. 

Eddie datang persis seperti apa yang ia janjikan, saat rencanaku terkuak kemudian malam ini. Lissa juga datang. Lagi, malam berarti ‘siang hari bagi masyarakat awam’. Aku merasakan rasa pusing yang sama saat kami diam-diam keluar bersama Mia. Sinar matahari membuat semua hal bercahaya, namun sebagian besar orang telah tidur. Lissa, Eddie, dan aku masih bergerak melalui lapangan istana setersembunyi yang kami bisa, bertemu dengan Mikhail sebagai bagian tambahan yang bertugas membawa segala jenis alat-alat garasi. Garasi itu merupakan bangunan besi besar yang terlihat seperti bangunan industri dipinggiran istana, dan tidak ada orang lain yang terlihat keluar. 

Kami masuk ke dalam garasi yang telah diindikasikan Mikhail malam kemarin, dan aku lega karena tidak menemukan satu orang pun disana. Dia memandang kami bertiga, terlihat kaget dengan “tim penyerangku,’ namun dia tidak bertanya dan tidak membuat usaha lebih lanjut untuk bergabung bersama kami. Lebih banyak perasaan bersalah merasukiku. Adalagi orang yang telah membahayakan masa depannya untukku. 

“Akan menjadi cukup sempit dan berimpitan.” Gumamnya. Aku memaksakan diri untuk tersenyum. “Kita semua teman disini.” Mikhail tidak tertawa terhadap candaanku namun langsung membuka peti berisikan Dodge Charger hitam. Dia tidak bercanda dengan ungkapan cukup sempit dan berimpitan. Ini adalah benda terbaru yang lebih kecil. Model yang terdahulu lebih besar, namun para pengawal hanya menyimpan benda terbaik untuk dibawa. 

“Saat kita sudah cukup jauh, aku akan menariknya dan membiarkan kalian keluar,” katanya. “Kami akan baik-baik saja,” aku meyakinkannya. “Ayo kita lakukan.” 

Lissa, Eddia, dam aku merangkak ke dalam peti itu. “Oh Tuhan,” Lissa bergumam, “Aku berharap tidak ada yang mendertita clautrophobia disini.” 

Rasanya seperti permainan buruk dari arena Twister. Peti itu cukup besar untuk beberapa barang bawaan tapi tidak untuk tiga orang. Kami terjepit bersamam dan ruang pribadi tidak ada. Kami semua sangat dekat. 

Puas melihat kami semua meringkuk, Mikhail menutup petinya dan kegelapan menelan kami. Mesin berbunyi beberapa menit kemudian, dan aku merasakan mobilnya bergerak. 

“Menurutmu berapa lama sampai kita berhenti?” tanya Lssa. “Atau mati karena keracunan Karbon Monoksida?” “Kita bahkan belum keluar dari istana,” catatku. Dia mendesah. 

Mobil melaju, dan tidak lama setelah itu kamipun berhenti.

Mikhlai partinya sudah sampai di pintu gerbang dan berbicara dengan pengawal. Sebelumnya dia pernah berkata padaku kalau dia harus memiliki beberapa alasan atau untuk menjalankan tugas lainnya, dan kami tidak memili alasan untuk mempercayai kalau para pengawal akan menanyainya atau mencari mobilnya. Istana tidak pedul dengan orang-orang yang sembunyi-sembunyi keluar, seperti yang terjadi pada sekolah kami. Perhatian terbesar adalah ketika ada orang-orang yang masuk. Satu menittelah lewat, dan aku merasa tidak nyaman menduga kalau ada masalah yang terjadi. Kemudian mobil bergerak lagi, dan kami bertiga menarik nafas lega. Kami melaju dengan kecepatan tinggi dan setelah aku menduga kalau kami sudah melalu satu mil atau lebi, mobilnya menepi dan berhenti. Petinya terbuka, dan kami bertumpahan keluar dari peti itu. Aku tidak pernah merasa bersyukur untuk udara yang segar. Aku duduk di kursi penumpang di samping Mikhail, Lissa dan Eddie duduk di belakang. Setelah kami tenang, Mikhail kembali menyetir tanpa sepatah kata pun.

Aku mengizinkan diriku sendiri beberapa kali untuk mereasa bersalah terhadap orang-orang yang terlibat namun kemudian kubiarkan perasaan bersalah itu lewat. Sudah sangat terlambat untuk khawatir sekarang. Aku juga membiarkan persaan bersalahku terhadap Adrian. Dia akan menjadi sekutu yang baik, tapi aku sulit untuk meminta pertolongnannya dalam hal ini. Dan dengan semua hal itu, aku menenangkan diri dan mengubah pikiranku ke pekerjaan yang akan kami lakukan. Perlu waktu sekitar satu jam untuk mencapai bandara dan dar sana kami bertiga terbang ke Alaska. 

Diterjemahkan langsung dari Novel Vampire Academy : Spirit Bound karya Richelle Mead oleh Noor Sa'adah. This is truly fanmade and no profit work here.

You May Also Like

3 komentar

  1. kakak, lanjut kak. lanjuuuut u.u

    ReplyDelete
  2. lanjuuut! emang kakak sip markotop! gak da yang lain.. cz penerbitnya plin plan =<

    ReplyDelete
  3. Linda & Anonim, haha trims sudah ngikutin terjemahannya, tunggu besok ya, chapter selanjutnya akan di posting, sebenernya berharap bukunya bakal cepet terbit sih, tapi lama banget nunggunya. ^_^

    ReplyDelete